Sudah berapa cerpen yang pembaca telah nikmati ?? mungkin sudah berpuluh-puluh judul. Namun, pernahkah membaca cerpen ini. Cerpen ciptaan
Hamzad Rangkuti ini memiliki judul yang cukup nakal menurut saya. Namun, karena kepandaianya memilih judul dan gaya cerita yang menarik membuat cerpen ini sangat terkenal, bagi yang belum membacanya saya sarankan untuk membaca cerpen ini.
Tentang penulis
maukah kau menghapus bekas bibirnya di bibirku dengan bibir mu
Seorang wanita muda dalam sikap yang mencurigakan berdiri d pinggir
geladak sambil memegang terali kapal. Dia tampak sedang bersiap siap
hendak melakukanupacara bunuh diri, melompat dari lantai kapal itu. Baru
saja ada d antara anak buah kapal berusaha mendekatinya, mencoba
mencegah perbuatan nekad itu, tp wanita muda itu mengancam akan segera
terjun kalau sampai anak buah kapal itu mendekat. Dengan dalih agar bisa
memotretnya dalam posisi sempurna kudekati dia sambil membawa kamera.
Aku berhasil memperpendek jarang dengannya.sehingga tegus sapa d antara
kami bisa trdengar.
“tolong ceritakan sebab apa kau ingin bunuh diri?” kataku memancing perhatiannya
Dia tak beralih menatap ke kejauhan laut. Di sana ada sebuah pulau.
Mungkin impiannya telah retak menjadi pecah dan sudah tak bisa lagi
untuk d rekat.
“tolong ceritakan penyebab segalanya, biar ada bahan untuk ku tulis.”
Wanita itu membiarkan sekelilingnya.angin mempermainkan ujung rambutnya.
Mempermainkan ujung lengan bajunya. Dan tampak kalau dia telah
berketetapan hati untuk mengambil sebuah keputusan nekad. Tiba-tiba dia
melepas sepatunya. Menjulurkannya ke laut.
“ini dari dia” katanya dan melepas sepatu itu. Sepatu itu jatuh mendekati ombak, kuabadikan dalam kamera.
Kemudian dia meraba jari tangan kirinya. Di sana ada sebentuk cincin.
Sinar matahari memantul memancar klaunya. Mata berliannya membiaskan
sinar tajam. Dikeluarkan cincin itu dari jarimanisnya. Di ulurkannya
melampaui terali. Ombak yang liar menampar dinding kapal. Tangan yang
menjulurkan cincin itu sangat mencemaskan.
“ini dari dia” katanya, dan melepas cincin itu.
“semua yang ada padaku, yang berasal darinya, akan kubuang ke laut.
Sengaja hari ini kupakai semua yang pernah dia berikan kepadaku hanya
untuk ku buka dan kubuang satu persatu ke laut. Tak satu pun benda benda
ituyang kuizinkan melekat di tubuhku saat aku telah menjadi mayat d
dasar laut.
Biarkan aku tanpa bekas sedikitpun darinya. Inilah saat yang
tepat membuang segalanya ke laut, dari atas kapal yang pernah membuat
sejarah pertemuan kami.
Wanita itu mulai melepas kancing2 bajunya, melepaskan pakaiannya, dan
membuang satu persatu ke laut. Upacara pelepasan benda yang melekat di
tubuhnya dia akhiri dengan melepas penutup bagian akhir tubuhnya.
Membuang nya kelaut.
“apapun yang berasal darinya, tidak boleh ada yang melekat d jasadku,
saat aku sudah menjadi mayat, di dasar laut. Biarkan laut membungkus
jasadku seperti kain pembungkus mayat. Biarkan asin airnya menggarami
tubuhku tanpa sehelai benang penyekat”
Wanita telanjang itu mengangkat sebelah kakinya melampaui terali,
bersiap siap membuang dirinya ke laut. Kamera kubidikan ke arahnya. D
dalam lensa terhampar pemandangan yg fantastis! Wanita muda, dalam
ketelanjangannya,berdiri d tepi geladak dengan latar ombak dan burung
camar. Sebuah pulau bebentuk bercak hitam d kejauhan samudera terlukis
di sampingnya dalam bingkai lensa. Sebelum melompat,dia menoleh
kearahku, seperti ada sesuatu yang terbersit di benaknya yang hendak dia
sampaikan kepadaku, sebelum dia melompat.
“ternyata tak segampang itu membuang segalanya” katanya, “ada sesuatu
yang ta bisa d buang begitu saja” dia diam sejenak.memandang bercak
hitam d kejauhan samudera. Dipandanginya lengkung langit agak lama, lalu
bergumam: “bekas bibirnya,bekas bibirnya ta bisa ku buang begitu saja.”
Dia berpaling ke arahku. Tatapannya lembut menyejukan. Lama,dan agak
lama mata itu memandang dalam tatapan yang mengambang “ Maukah kau
menghapus bekas bibirnya di bibirku dengan bibirmu?” katanya ragu.
Aku tersentak mendengar permintaan itu. Sangat mengejutkan dan rasanya
tak masuk akal diucapakan olehnya. Permintaan itu terasa dating dari
orang yang sedang putus asa. Kucermati wajahnya dalam lensa kamera dan
mendekat. Pemulas bibiur dengan warna merah tembaga dengan sentuhan
warna emas, memoles bibirnya, menyiratkan gaya aksi untuk kecantikan
seulas bibir.
“ tidak akan aku biarkan bekas itu terbawa ke dasar laut. Maukah kau
menghapus bekas bibirnya d bibirku dengan bibirmu? Tolonglah. Tolonglah
aku meleyapkan segalanya.”
Orang orang yg terpaku di pintu pantai berteriak kepadaku.
“lakukanlah! Lakukanlah!
Seorang muncil d pintu geladak membawa selimut terurai, siap menutup tubuh wanita telanjang itu.
“Tolonglah! Tolonglah aku menghapus segalanya. Jangan biarkan bekas itu
tetap melekat di bbirku dalam kematianku di dasar laut. Tolonglah.”
“lakukanlah!Lakukanlah!” teriak orang orang yang menyaksikan dari pintu geladak.
Aku hampiri wanita itu, orang yang membawa selimut itu berlari kearah
kami. Menyelimuti kami dengan kain yang terurai itu. Di dalam selimut ku
cari telinga wanita itu.
“masih adakah bekas bibirnya di bagian lain tubuhmu yang harus kuhapus dengan bibirku?” bisikku
Bagaimana ?
Sumber gambar : google images
.